Rabu, 13 Juli 2011

PENDEKATAN HISTORIS

I. Pengertian Historisme
Historisme adalah pemikiran yang berkenaan pada asumsi bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan pemikiran dan kesadaran manusia tak lepas dari kehidupan di masa silam.
Historisme hadir untuk memahami masa silam dengan bertolak belakang dari masa silam itu sendiri artinya tidak menilai masa silam dengan tolak ukur / pandangan di masa kini. Historisme muncul ketika Filsafat pada abad-17 tidak memerhatikan sejarah, sehingga penelitian sejarah menjadi tidak berbobot. Oleh karena itulah muncul skeptisisme terhadap masa silam. Skeptisisme tersebut berupa pandangan bahwa ilmu sejarah tidak dapat menyajikan kebenaran masa silam. Pada awal abad-18 Seorang Antropologi Sosial, Evans Pritchard hadir memperkenalkan pendekatan historis ini dalam penelitian antropologi dan sejarah (sosial). Menurut Evans Oritchard agar penelitian antropologi dapat berbobot, maka dibutuhkan bahan – bahan dan data – data sejarah sebagai alat pembanding /komparatif untuk melakukan penelitian.
II. Konsep Historis menurut Evans Pritchard.
Walaupun dalam penelitian lapagannya ia menerapkan metode – metode penelitian kualitatif yang dianjurkan oleh Malinowski, dan walaupun dalam analisa dan penggarapan bahan data ia menerapkan konsep struktur sosial secara fungsional yang dianjurkan oleh Radcliffe Brown, Namun dalam sikapnya terhadap ilmu sejarah dan dalam pandangannya tentang tujuan dari ilmu antropologi sosial, Evans Pritchard sangat berbeda, baik dengan Malinowski maupun dengan Radcliffe Brown ( Koentjaraningrat, 1987:189).
Evans pritchard adalah seorang sarjana yang memulai studinya dalam ilmu sejarah,sehingga tidak heran bahwa ia tidak memiliki sikap anti sejarah seperti Malinowsi dan Radcliffe Brown. E.P ( sebagaimana ia biasa dipanggil oleh teman – teman dan murid-muridnya) menyatakan bahwa antropologi suatu saat nanti akan menjadi sebuah pilihan untuk menjadi sejarah atau tidak. Malahan E.P mengemukakan bahwa Orang harus menganggap sistem sosial dari masyarakat yang dipelajari itu sebagai suatu sistem moral, dan bukan sebagai gejala alam. Artinya ada sebuah kebiasaan yang membudaya dari sebuah sistem sosial yang brawal dari sebuah sejarah dibentuknya sistem sosial tersebut dalam sebuah masyarakat. Antropologi dan sejarah pada hakikatnya memiliki objek kajian yang sama, ialah manusia dan berbagai dimensi kehidupan (kebudayaan). Karena itu E.P berpendapat bahwa pada dasarnya ahli antropologi sosial dan ahli sejarah khususnya ahli sejarah sosial ,tidak berbeda maka dapat disimpulkan berdasarkan pendapat E.P bahwa “antropologi adalah sejarah”. Kedua – keduanya bertujuan merekonstruksi dan membuat deskripsi mengenai struktur sosial dari suatu masyarakat tertentu. Bedanya hanyalah bahwa ahli antropologi sosial melakukannya di dalam suatu masyarakat di masa kini, yang terletak jauh di luar masyarakatnya sendiri, sedangkan ahli sejarah melakukannya dalam masyarakat dari suatu zaman yang lampau, yang menyebabkan bahwa sumber data dan metode serta teknik – teknik penelitian antara kedua ilmu itu berbeda ( Evans Pritchard dalam Koentjaraningrat, 1961). Hal yang sama dikemukakan pula oleh Arnold J. Toynbee (1889-1975) yang menyatakan bahwa tugas seorang sejarawan tidak jauh berbeda dari seorang antropolog, ialah melalui studi komparasi berusaha mempelajari siklus kehidupan masyarakat, kemudian dari masing-masing kebudayaan dan peradaban mereka ditarik sifat-sifatnya yang universal (umum).


II.1 Pandangan Evans-Pritchard terhadap struktur sosial
Perkembangan lebih lanjut atas konsep struktur sosial dibuat oleh E.E. Evans-Pritchard (E-P), yaitu orang yang menggantikan Radcliffe Brown sebagai professor antropologi sosial di Oxford University. Meskipun E.P masih berada dalam lingkaran antropologi sosial Inggris, namun dia mempunyai dua pandangan penting yang agak berbeda dari pendahulunya Radcliffe Brown, sehubungan dengan metode eksplanasi dalam antropologi sosial dan konsep struktur sosial. Pertama, bagi E.P struktur sosial bukanlah jaringan hubungan yang terdiri atas person, tetapi terdiri atas kelompok sosial yang mempunyai sifat lebih tahan lama (constant) dan tersendiri (discrete). Bagi E.P salah satu ciri-ciri penting dari struktur sosial adalah kelanggengan hidupnya (endurance).
Menurut Radcliffe Brown, sebuah keluarga dapat dipandang sebagai sebuah struktur sosial, karena dalam keluarga terdapat beberapa status (ayah, ibu, anak) yang membentuk jaringan hubungan sosial yang terpola. Namun kenyataan ini tidak dapat diterima oleh E.P, karena kesatuan keluarga akan segera hilang begitu anggota-anggotanya meninggal. Sedangkan, sebuah struktur sosial harus hidup langgeng meskipun anggota-anggotanya hilang, baik karena pindah atau meninggal. Kelompok yang terkecil yang mempunyai struktur sosial bagi E-P adalah lineage (kelompok keturunan), atau dusun (kelompok territorial). Komponen dari sebuah lineage adalah segmen-segmen dari lineage tersebut, yaitu klen dan sub-klen. Meskipun individu-individu atau keluarga-keluarga yang menjadi anggota sebuah klen hilang, klen sebagai sebuah kelompok sosial tetap langgeng dalam sebuah lineage tersebut. Sementara itu komponen dari sebuah dusun dapat berupa RT, atau golongan keluarga. Meskipun keluarga atau individu anggota sebuah RT hilang karena pindah atau meninggal, namun RT, atau golongan, tetap langgeng dalam dusun tersebut.
Dalam mengumpulkan data etnografi mengenai orang Arab Badaw Sanusi di Cyreaica (1943;1949), E.P sendiri malahan juga mempergunakan data bahan sejarah dan sumber – sumber data sejarah dengan metode – metode dan teknik – teknik pengumpulan data seperti yang digunakan oleh para ahli sejarah. Sama dengan ahli sejarah sosial, seorang ahli antropologi sosial juga melakukan studi komparatif mengenai gejala – gejala sejarah. Apabila ahli sejarah sosial melakukan suatu studi komparatif, misalnya tentang kebudayaan suku bangsa Ngada di Flores Tengah, maka ia mengumpulkan bahan tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan Orang Ngada sekarang; tetapi di samping itu ia memperhatikan ciri – ciri ras dari orang Ngada dan suku – suku bangsa lain sekitarnya di Flores, dengan mengolah ke dalam bahannya artefak- artefak yang digali atau ditemukan di daerah Flores Tengah; dan dengan mengolah menjadi satu semua bahan tadi, ia mencoba mencapai pengertian tentang asal mula sejarah perkembangan dari suku bangsa Ngada. (Koentjaraningrat,1980:4-5). Contoh yang lain misalnya tentang feodalisme dalam masyarakat Eropa di zaman abad pertengahan, maka ahli sejarah sosial atau antroplogi sosial mengumpulkan sebanyak mungkin kasus di sebanyak mungkin negara kuno di Eropa dan dengan sebanyak mungkin variasi.
Usaha yang sulit itu tidak dilakukan seorang ahli sejarah untuk mengabstraksikan kaidah – kaidah mengenai berbagai wujud sistem feodalisme dalam hubungan dengan sejumlah variabel tertentu, tetapi untuk menemukan pola – pola yang berarti ( significant patterns) dalam kehidupan masyarakat yang berdasarkan struktur sosial yang bersifat feodalisme. Seperti itu juga ahli antropologi sosial yang melaksanakan penelitian komparatif mengenai misalnya gejala perceraian dalam sebanyak mungkin masyarakat yang beraneka ragam, atau mengenai gejala migrasi dalam sebanyak mungkin daerah yang beraneka warna, maka ia sebenarnya tidak bermaksud mencari kaidah – kaidah sosial mengenai gejala – gejala sosial tersebut tadi, tetapi bermaksud menemukan pola – pola yang berarti dalam proses – proses berlangsungnya ( Evans Pritchard 1951-a;1962:20-28;1965 dalam Koentjaraningrat, 1987:190).
Jadi,berbeda sekali dengan Malinowski ataupun Radcliffe Brown, Evans Pritchard tidak menanggap ilmu antropologi sosial sebagai suatu sains atau ilmu eksak yang bertujuan mencari kaidah – kaidah, baik yang bersifat psikologi dengan mencari akar- akar tingkah laku manusia yang terorganisasi dalam kebutuhan naluri manusia, maupun yang bersifat morfologi-fisiologi sosial, dengan menerapkan metode analisa ilmu biologi, fisiologi, atau fisika, melainkan bermaksud mencari pola – pola yang berarti dalam proses – proses berlangsungnya suatu fenomena. ( Koentjaraningrat, 1987:191)
Kelemahan atau kritik terhadap Pendekatan Historis
- Pendekatan historis ini akan lemah ketika dipakai untuk penelitian antropologi ataupun sejarah apabila dikaitkan dengan relativisme etis. Artinya perbuatan pelaku sejarah hanya bisa dikaitkan dengan norma di zamannya yang dipandang terlalu sempit.
- Perlu diperhatikan apakah sumber data sejarah yang digunakan untuk penelitian merupakan data asli (autentisitas).
- Kritik terhadap isi sumber. Apakah isi dari pernyataan sumber itu dapat dipercaya? Caranya dengan melakukan komparasi dari sebanyak mungkin sumber yang sama. Apabila isi dari sumber itu sama benar, maka sumber itu dinyatakan dapat dipercaya kebenarannya (kredibilitasnya), Namun apabila kebenaran dari sumber tersebut masih rancu maka penelitian antropologi ataupun sejarah akan menjadi rancu pula kebenaran hasil penelitiannya.



DAFTAR BACAAN
Bohannan P dan Glazer (1988) High Point in Anthropology.New York:Alfred A.Knopf(407-421)
Koentjaraningrat. 1980.Beberapa Pokok Antropologi Sosial.Jakarta:Dian Rakyat.
.............................. 1987.Sejarah Teori Antropologi I.Jakarta:UI Press.

1 komentar:

  1. Merkur Futur Solingen - Xn--O80B910a26eepc81il5g.online
    The MERKUR Futur is งานออนไลน์ one of the most exciting adjustable 메리트 카지노 고객센터 adjustable safety razors available to date, as well as 1xbet korean a range of adjustable

    BalasHapus